SEJARAH INDONESIA DAN LAGU TEMPO DOELOE DAN SEKARANG
hai ... besok tanggal 17 Agustus 2014 diperingati HUT REPUBLIK INDONESIA yang ke-69 jadi blog kali ini aku ngebahas tentang
"PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MENUJU KEMERDEKAAN"
A.Sejarah Perjuangan Bangsa.

B. Era Sebelum Penjajahan
Sejak tahun 400 Masehi sampai dengan tahun 1617, kerajaan-kerajaan yang ada di Bumi Persada Nusantara adalah kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Kediri, Singasari, Majapahit, Samudera Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Goa dan lain-Iainnya, merupakan kerajaan-kerajaan yang terbesar di seluruh Bumi Persada Nusantara. Nilai yang terkandung pada era sebelum penjajahan adalah rakyat yang patuh dan setia kepada rajanya membendung penjajah dan menjunjung tinggi kehormatan dan kedaulatan sebagai bangsa monarchi yang merdeka di bumi Nusantara.
C. Era Selama Penjajahan
D. Era Merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan.
1. Nilai kejuangan relegius (iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa).
2. Nilai kejuangan rela dan ikhlas berkorban.
3. Nilai kejuangan tidak mengenal menyerah.
4. Nilai kejuangan harga diri.
5. Nilai kejuangan percaya diri.
6. Nilai kejuangan pantang mundur.
7. Nilai kejuangan patriotisme.
8. Nilai kejuangan heroisme.
9. Nilai kejuangan rasa senasib dan sepenanggungan.
10. Nilai kejuangan rasa setia kawan.
11. Nilai ke juangan nasionalisme dan cinta tahah air
12. Nilai kejuangan persatuan dan kesatuan.
Dari uraian tersebut diatas bahwa sejarah perjuangan bangsa memiliki peranan dalam memberikan kontribusi niJai-niiai kejuangan bangsa dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan untuk tetap utuh dan tegaknya NKRI yaitu SATU INDONESIA SATU.
Proses Bangsa Yang Menegara.
Proses bangsa menegara adalah suatu proses yang memberikan gambaran tentang bagaimana terbentuknya bangsa, di mana sekelompok manusia yang ada di dalamnya merasakan sebagai bagian dari bangsa dan terbentuknya negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa serta dirasakan kepentingannya oleh bangsa itu, sehingga tumbuh kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya negara melalui upaya Bela Negara. Dalam rangka upaya Bela Negara agar dapat terlaksana dengan baik apabila tercipta pola pikir, sikap dan tindak/perilaku bangsa yang berbudaya sebagai dorongan/motivasi adanya keinginan untuk sadar Bela Negara sebagai berikut : Bangsa Yang Berbudaya, artinya bangsa yang mau melaksanakan hubungan dengan penciptanya “Tuhan” disebut Agama; Bangsa Yang Mau Berusaha, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut Ekonomi; Bangsa Yang Mau Berhubungan Dengan lingkungan, berhubungan sesamanya dan alam sekitarnya disebut Sosial; Bangsa Yang Mau Berhubungan Dengan Kekuasaan, disebut Politik; Bangsa Yang Mau Hidup Aman Tenteram dan Sejahtera, berhubungan dengan rasa kepedulian dan ketenangan serta kenyamanan hidup dalam negara disebut Pertahanan dan Keamanan.
Pada zaman modern adanya negara lazim_ya dibenarkan oJeh anggapan-anggapan atau pandangan kemanusiaan. Demikian pula halnya menurut bangsa Indonesia, sebagaimana dirumuskan di dalam Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945, adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga penjajahan, yang bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan harus dihapuskan. Apabila “dalil” inj kita analisis secara teoritis, maka hidup berkelompok “baik bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seharusnya tidak mencerminkan eksploitasi sesama manusia (penjajahan) harus berperikemanusiaan dan harus berperikeadilan. Inilah teori pembenaran paling mendasar dari pada bangsa Indonesia tentang bernegara. Hal yang kedua yang memerlukan suatu analisa ialah bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, mengapa dalam penerapannya sering timbul pelbagai ragam konsep bernegara yang kadang-kadang dapat saling bertentangan. Perbedaan konsep tentang negara yang dilandasi oleh pemikiran ideologis adalah penyebab utamanya, sehingga perlu kita pahami filosofi ketatanegaraan tentang makna kebebasan atau kemerdekaan suatu bangsa dalam kaitannya dengan ideologinya. Namun di dalam penerapannya pada zaman modern, teori yang universal ini didalam kenyataannya tidak diikuti orang. Kita mengenal banyak bangsa yang menuntut wilayah yang sama, demikian pula halnya banyak pemerintahan yang menuntut bangsa yang sama. Orang kemudian beranggapan bahwa pengakuan dari bangsa lain, memerlukan mekanisme yang memungkinkan hal tersebut adalah lazim disebut proklamasi kemerdekaan suatu negara.
Perkembangan pemikiran seperti ini mempengaruhi pula perdebatan di dalam PPKI, baik didalam membahas wilayah negara maupun di dalam merumuskan Pembukaan UUD 1945 yang sebenarnya direncanakan sebagai naskah Proklamasi. Oleh karena itu merupakan suatu kenyataan pula bahwa tidak satupun warga negara Indonesia yang tidak menganggap bahwa terjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pada waktu Proklamasi 17 Agustus 1945, sekalipun ada pihak-pihak terutama luar negeri yang beranggapan berbeda dengan dalih teori yang universal
nah, sekarang mau tau gak kalo lagu indonesia raya yang biasa kita nyanyikan setiap upacara ternyata sudah direnovasi.lirik lagu indonesia raya tempo doeloe .
dan lagu indonesia versi asli tempo doeloe ternyata ditemukan dibelanda loh ..
monggo baca yukk...
monggo baca yukk...
Lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya
versi asli yang ditemukan di perpustakaan Leiden Belanda (???)
ANTARA News mencatat
temuan lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi asli dengan tiga stanza
(bait) ditulis dan dilagukan pertamakali WR Supratman pada tahun 1928, namun
lagu monumental itu dinyanyikan secara serentak bersamaan dengan deklarasi
Kemerdekaan RI oleh Soekarno-Hatta dengan satu stanza.
Selama ini, yang kita ketahui
hanya Indonesia Raya dalam satu stanza, nah ini yang tiga stanza yang terekam
dalam lagu dan gambaran suasana Indonesia dalam film seluloid
asli yang dibuat pada bulan September 1944 (tahun Jepang 2604) dan tersimpan di
Belanda, ucap pakar telematika, Roy Suryo, di Jogjakarta (38).
Rekaman video seluloid
lagu Indonesia Raya versi asli itu berdurasi 3 menit 49 detik yang diproduksi
Chuuoo Sangi-In atau semacam lembaga DPR pada September 1944. Roy mendapat
informasi itu dari Urip Darmawan yang merupakan keponakan WR Supratman.
Lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi
asli dengan tiga stanza adalah
Stanza 1
Indonesia Tanah Airkoe Tanah Toempah
Darahkoe
Di sanalah Akoe Berdiri Djadi Pandoe
Iboekoe
Indonesia Kebangsaankoe Bangsa Dan Tanah
Airkoe
Marilah Kita Berseroe Indonesia Bersatoe
Hidoeplah Tanahkoe Hidoeplah Negrikoe
Bangsakoe Ra'jatkoe Sem'wanja
Bangoenlah Djiwanja Bangoenlah Badannja
Oentoek Indonesia Raja
(Reff Diulang 2 kali, red)
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe
Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah
Indonesia Raja
Stanza 2
Indonesia Tanah Jang Moelia Tanah Kita
Jang Kaja
Di sanalah Akoe Berdiri Oentoek
Slama-Lamanja
Indonesia Tanah Poesaka P'saka Kita
Semoenja
Marilah Kita Mendo'a Indonesia Bahagia
Soeboerlah Tanahnja Soeboerlah Djiwanja
Bangsanja Ra'jatnja Sem'wanja
Sadarlah Hatinja Sadarlah Boedinja
Oentoek Indonesia Raja
(Reff Diulang 2 kali, red)
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe
Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah
Indonesia Raja
Stanza 3
Indonesia Tanah Jang Seotji Tanah Kita
Jang Sakti
Di sanalah Akoe Berdiri 'Njaga Iboe
Sedjati
Indonesia Tanah Berseri Tanah Jang Akoe
Sajangi
Marilah Kita Berdjandji Indonesia Abadi
S'lamatlah Ra'jatnja S'lamatlah Poetranja
Poelaoenja Laoetnja Sem'wanja
Madjoelah Negrinja Madjoelah Pandoenja
Oentoek Indonesia Raja
(Reff Diulang 2 kali, red)
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe
Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah
Indonesia Raja.
Naskah pada koran Sin Po (1928)
Lagu Indonesia Raya diciptakan
oleh WR Supratman dan dikumandangkan pertama kali di muka umum pada Kongres
Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta (pada usia 25 tahun), dan disebarluaskan oleh
koran Sin Po pada edisi bulan November 1928. Naskah tersebut ditulis oleh WR
Supratman dengan Tangga Nada C (natural) dan dengan catatan Djangan Terlaloe
Tjepat, sedangkan pada sumber lain telah ditulis oleh WR Supratman pada Tangga
Nada G (sesuai kemampuan umum orang menyanyi pada rentang a - e) dan dengan
irama Marcia [3], Jos Cleber (1950) menuliskan dengan irama Maestoso con
bravura (kecepatan metronome 104).
Aransemen simfoni Jos Cleber (1950)
Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan
justru oleh orang Belanda (atau Belgia?) bernama Jos Cleber (pada waktu itu ia
berusia 34 tahun) yang tutup usia tahun 1999 pada usia 83 tahun. Setelah menerima
permintaan Kepala Studio RRI Jakarta Jusuf
Ronodipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang
penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima masukan dari Presiden
Soekarno.
Rekaman asli (1950) dan rekam ulang (1997)
Rekaman asli dari Jos Cleber tahun 1950
dari Orkes Cosmopolitan Jakarta, telah dimainkan dan direkam kembali
secara digital di Australia tahun 1997
berdasarkan partitur Jos Cleber yang tersimpan di RRI Jakarta, oleh Victoria
Philharmonic di bawah pengarahan Addie MS.
Lirik asli (1928)
INDONESIA RAJA
I
Indonesia, tanah airkoe, Tanah toempah
darahkoe,
Disanalah akoe berdiri,Mendjaga Pandoe
Iboekoe.
Indonesia kebangsaankoe,Kebangsaan tanah
airkoe,
Marilah kita berseroe:"Indonesia
Bersatoe".
Hidoeplah tanahkoe, Hidoeplah neg'rikoe,
Bangsakoe, djiwakoe, semoea,
Bangoenlah rajatnja,Bangoenlah
badannja,Oentoek Indonesia Raja.
II
Indonesia, tanah jang moelia, Tanah kita
jang kaja,
Disanalah akoe hidoep, Oentoek
s'lama-lamanja.
Indonesia, tanah poesaka, Poesaka kita
semoea,
Marilah kita mendoa: "Indonesia
Bahagia".
Soeboerlah tanahnja, Soeboerlah djiwanja,
Bangsanja, rajatnja, semoeanja,
Sedarlah hatinja, Sedarlah boedinja,
Oentoek Indonesia Raja.
III
Indonesia, tanah jang soetji, Bagi kita
disini,
Disanalah kita berdiri, Mendjaga Iboe
sedjati.
Indonesia, tanah berseri, Tanah jang
terkoetjintai,
Marilah kita berdjandji: "Indonesia
Bersatoe"
S'lamatlah rajatnja, S'lamatlah
poet'ranja,
Poelaoenja, laoetnja, semoea,
Madjoelah neg'rinja, Madjoelah Pandoenja,
Oentoek Indonesia Raja.
Refrain :
Indones', Indones', Moelia, Moelia,
Tanahkoe, neg'rikoe jang koetjinta.
Indones', Indones',
Moelia, Moelia, Hidoeplah Indonesia Raja.
Lirik resmi (1958)
INDONESIA RAJA
I
Indonesia tanah airku, Tanah tumpah
darahku,
Disanalah aku berdiri, Djadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan tanah
airku,
Marilah kita berseru, Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku, Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rajatku, sem'wanja,
Bangunlah djiwanja, Bangunlah badannja,
Untuk Indonesia Raja.
II
Indonesia, tanah jang mulia, Tanah kita
jang kaja,
Disanalah aku berdiri, Untuk
s'lama-lamanja.
Indonesia, tanah pusaka, P'saka kita
semuanja,
Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnja, Suburlah djiwanja,
Bangsanja, Rajatnja, sem'wanja, Sadarlah
hatinja,
Sadarlah budinja, Untuk Indonesia Raja.
III
Indonesia, tanah jang sutji, Tanah kita
jang sakti,
Disanalah aku berdiri, Ndjaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri, Tanah jang aku
sajangi,
Marilah kita berdjandji, Indonesia abadi.
S'lamatlah rakjatnja, S'lamatlah putranja,
Pulaunja, lautnja, sem'wanja,
Madjulah Neg'rinja, Madjulah pandunja,
Untuk Indonesia Raja.
Refrain:
Indonesia Raja, Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku jang kutjinta!
Indonesia Raja, Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raja
Sejarah
Ketika mempublikasikan Indonesia Raya
tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul
Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh
suratkabar Sin Po, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Yo Kim Tjan.
Setelah dikumandangkan tahun 1928
dihadapan para peserta Kongres Pemuda II dengan biola, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya. Meskipun
demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka menyanyikan lagu itu dengan
mengucapkan "Mulia, Mulia!" (bukan "Merdeka, Merdeka!")
pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu
kebangsaan.[1] Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu
dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia merdeka,
lagu itu ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kontroversial dan pada kompas tahun 1990-an, Remy Sylado, seorang budayawan
dan seniman senior Indonesia mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya merupakan
jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an berjudul Lekka Lekka Pinda
Pinda. Kaye A. Solapung, seorang pengamat musik, menanggap tulisan Remy dalam
Kompas tanggal 22 Desember 1991. Ia mengatakan bahwa Remy hanya sekadar
mengulang tuduhan Amir Pasaribu pada tahun 1950-an. Ia juga mengatakan
dengan mengutip Amir Pasaribubahwa dalam literatur
musik, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda di Belanda, begitu pula Boola-Boola di Amerika Serikat. Solapung
kemudian membedah lagu-lagu itu. Menurutnya, lagu Boola-boola dan Lekka Lekka
tidak sama persis dengan Indonesia Raya, dengan hanya delapan ketuk yang sama.
Begitu juga dengan penggunaan Chord yang jelas berbeda. Sehingga, ia
menyimpulkan bahwa Indonesia Raya tidak menjiplak.[2]
Naskah pada koran Sin Po (1928)
Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR
Supratman dan dikumandangkan pertama kali di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta (pada usia 25 tahun), dan
disebarluaskan oleh koran Sin Po pada edisi bulan November 1928. Naskah
tersebut ditulis oleh WR Supratman dengan Tangga Nada C (natural) dan dengan catatanDjangan Terlaloe Tjepat, sedangkan pada
sumber lain telah ditulis oleh WR Supratman pada Tangga Nada G (sesuai kemampuan umum orang menyanyi pada rentang a - e) dan dengan irama Marcia [3], Jos Cleber (1950) menuliskan
dengan irama Maestoso con bravura (kecepatan metronome 104).
Secara musikal, lagu ini telah
dimuliakan — justru — oleh orang Belanda (atau Belgia) bernama Jos Cleber (pada waktu itu ia berusia 34 tahun) yang tutup usia tahun 1999 pada usia 83 tahun. Setelah menerima
permintaan Kepala Studio RRI Jakarta adalah Jusuf Ronodipuro sejak pada tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang
penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima masukan dari Presiden Soekarno.
Rekaman asli (1950) dan rekam ulang (1997)
Rekaman asli dari Jos Cleber sejak pada tahun 1950 dari Jakarta Philharmonic
Orchestra dimainkan perekaman secara bersuara stereo di Bandar Lampung sejak peresmian oleh Presiden Soeharto sejak pada tanggal 1 Januari 1992 dan direkam kembali secara digital di Australia sejak bertepatan pada Kerusuhan Mei 1998 yang diaransemen oleh Jos Cleberyang tersimpan di RRI Jakarta oleh Victoria Philharmonic Orchestra
di bawah konduktor oleh Addie Muljadi Sumaatmadjayang berkerjsama oleh Twilite Orchestra
yang diletak debut album pertama oleh Simfoni Negeriku yang durasi selama 1-menit 47-detik.
Indonesia Raya
Lagu Kebangsaan Indonesia
Cipt. W.R. Supratman
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu Ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Lagu Kebangsaan Indonesia
Cipt. W.R. Supratman
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu Ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
jangan bosen-bosen ya visit my blog thanx udah dibaca
Comments
Post a Comment